Posts

Showing posts from February, 2018

Mengekang masa

Risau air hujan membelah udara Mengalir kedinginan Menguatkan diri Melawan kebencian yang mengekang masa

Ketika cinta itu telah pergi

Kau tahu Cinta itu bisa memudar perlahan Namun sebuah komitmen dapat mempertahankan Kau tahu Ketika kau membuat seseorang cemburu Kau juga harus siap kehilangan cinta perlahan Sebab cemburu melukai hati Mengikis cinta yang ada Mengalirkan air mata Jangan berharap lebih Pada cinta yang kau hilangkan Sebab ia tidak akan pernah memberikan hatinya lagi Untuk seseorang yang telah menghancurkan hati Sudah cukup luka dan air mata Biarlah cinta hilang begitu saja Menguap tak bersisa

rini, si menyebalkan

Aini berteman dengan rini. Mereka sering berbincang dan inilah perbincangan mereka. Pertama Rini: ai, hari ini aku ikut lomba loh? Aini: jadi gimana di perlombaan tadi? Rini: tadi lawannya berat loh, ada yang 70 kg, 60 kg, dan aku cuma 50 kg Aini: kamu ikut lomba apa? Rini : lomba menulis Aini : hubungan menulis dengan berat badan itu apa? Rini: nga ada. Aku pergi dulu Aini: #&#&#& Kalau punya teman kayak gini itu rasanya sebagai latihan untuk menguji kesabaran bukan??? Hahahaha

Saatnya kamu berhenti

Berhentilah mencoba Untuk membuka hati yang tidak akan bisa kamu masuki Berhentilah mencoba Waktumu akan terbuang percuma Berhentilah mencoba menyemai benih cinta Di tanah yang pernah kamu hancurkan Karena semua akan percuma Tak pernahkah kau sadari itu Tak cukupkah waktu yang telah berlalu Tak bisakah ucapan menghalangi niatmu Sudah saatnya kamu berhenti

Kehilangan

Kediaman menguntai kata Ketika cinta membias di mata Andai waktu dapat bersua Takkan kugantung harapan cintaku padanya Wajah yang terlukis di hati Ingin segera ku hapus Agar aku tak lagi menangis di sisimu Menangisi luka yang ku toreh sendiri Di tepian duka aku berharap Lamunan ini pupus dan mati perlahan Hingga waktu yang bergulir tak lagi mengerti Apa yang akan di lakukan tubuh ini Tubuh yang telah kehilangan tuannya

Kematian

Sunyi menyekap gelap pekat

Penyesalan

Detik demi detik Terlewati dengan menghitung jarum penyesalan Yang tertanam di hati Penyangkalan yang berbuah pahit Kecemburuan yang semakin membakar Tenggelam dalam kegelapan samudera derita Senyum yang melayang Mentari yang menghilang

Kamu

Lembaran kenangan antara kau dan aku Masih lekat diingatan Saat pertama bertemu Mata yang saling menatap Senyum yang terhias dibibirmu Memberi kehangatan seperti mentari

Perlombaa burung surga

Sebuah kerajaan burung di dalam hutan akan diadakan perlombaan untuk mencari burung yang akan dinobatkan menjadi burung surga. Pengumuman untuk semua burung penghuni kerajaan. Kerajaan akan mengadakan perlombaan untuk dinobatkan menjadi burung syurga. Siapapun bisa mendaftar. “Aku ingin ikut.” merpati “Aku juga” pipit “Pasti aku yang menang. Tidak ada yang bisa mengalahkan keindahan buluku. Lihatlah” ujar Merak yakin “Kamu jangan sombong. Masih ada cenderawasih dan murai yang juga memiliki bulu indah. Bulu milikku juga tidak kalah cantik” ujar kepodang “Benar tuh” tambah pipit Cendrawasih sedang terbang di atas danau. Ia melihat ada keramaian di tepi danau. Ia pun turun. “Ada apa sehingga kalian kumpul disini?” tanya cendrawasih pada pipit “Ada perlombaan burung surga. Kamu ikut kan?” ujar pipit “Aku tidak terbiasa menjadi pusat perhatian orang diatas panggung” “Oh, iya kamu dari mana?” tanya kepodang “Aku dari  tempat bibiku. Aku pergi dulu. Ibu pasti sudah menungguku” uja

Keputusasaan

Hitam cinta memudar asa Menggenggam angin Memeluk awan Tersiksa setetes embun dalam hati Bulan memerah dibalik mimpi Berbayang mentari Membias harapan menjauh pergi Gurun membentang di hati Bimbang menari-nari di udara Bidadari bersayap ungu Menepi di balik angan Membentang sayap menghitam

Cinta terpendam

Perhatian yang tersembunyi Dalam lembutnya persahabatan Wangi bunga cinta yang mekar Tak semerbak bersama angin Sendu dalam keceriaan Terikat cemburu dalam kesunyian Hati yang terus berontak Namun ketakutan akan kehilangan Mampu meredam segalanya

Hening

Berontak  daun tak  ingin gugur Seketika angin terdiam Hening Melihat gelap menuntun langkah Dalam mimpi yang menyusuri pagi

Diam

Ia bersembunyi di antara mereka Memperhatikanku secara diam-diam Tapi tak pernah ia katakan isi hatinya Ia hanya memintaku untuk bisa mengerti Namun apa salahku Hingga aku tak mampu membencimu

Cinta itu bukan untukku

Cintamu tak bisa tersentuh Ia telah membeku dan tersimpan rapi Dalam kotak di sudut hatimu Cinta itu bukan untukku Meski aku yang selalu di sampingmu Uluran tanganku Tak pernah terlihat Kehadiran yang dianggap angin Mungkinkah aku Memiliki arti untukmu Kata kunci:

Sadarkah kau

Tegak berdiri Menantang warna pelangi Indah pemberontakan mewarnai mega Ketika hijau mulai berhias di balik tanah Ketika kupercayakan hatiku padamu Kau melupakanku Dan meninggalkan luka Sadarkah kau begitu kejam Membuatku mencintai tanpa sadar Lalu meninggalkanku Luka ini lebih perih dari patah hati

Kubunuh

Akan kubunuh Melalui rangkaian  tak bermakna Sejuta kebimbangan Yang bertebaran Akan kubunuh tangisan yang mendera hati yang tersiksa

Ukiran cinta

Ukiran cinta Kutulis namamu di rerimbunan Dahan menutupi tanah Diatas tumpukan sel yang mengeras Berharap engkau menemukan isi hati Kabut menyergap Memburamkan penglihatan Melepaskan genggaman Memanggil tanpa jawab Harapan menemukanmu Mengurung kabut Angin menyadarkanku Di tepian kesetiaan Air mata memerah Menggenangi pipi Melepas mentari Jejak mengukir kisah Pada daun yang berdendang Di tanah yang gersang Tawa megukir nama Pada gunung yang tegar Mengekang tangis

Lagu cintaku

Dentingan piano mengalun merdu Mengenalkanku pada cinta Wajah ayu Mendebarkan dada Kebersamaan membuatku mengerti Arti cinta yang kuperjuangkan Walau ada yang menghuni hatinya Ku tulus mencintainya Kini bunga cintaku bersemi di hatinya Menggantikan cinta yang gugur kebumi Bersama luka

Mencari arti

tertegun terpaku dalam sunyi mencari arti tawa tak lagi ceria duka tak lagi terhias tangis kemana perginya angin diantara dedaunan yang berbisik tertegun terpaku dalam sunyi mencari arti sempurna dalam kekurangan hari berkabut rindu kembali  kepelukan mentari asa melangkah pergi membayangi misteri menari mimpi mewarnai angin sepi aku masih disini menapakkan kaki mengukir mimpi rintihan hati menaungi mawar tak lagi berseri sempurna dalam kekurangan

Lirih

lirih menari bersama sunyi melambungkan senyuman pahit mentari menghitam hitam terang pelangi janji yang tak sadar terucap menanti di penghujung pagi menggandeng masa lalu mendekat mendekap menyesakkan melihat luka menggangga terpuruk dalam jurang kelam angin  membiru pilu membekukan air mata harapan mengikat mati hati

Di hati

setetes embun cinta menyirami bunga di padang pasir mekar berseri abadi di hati

Air surga

Titik air surga Menenangkan hati Mengukir nama Tak bertepi di ujung danau berlari menuju pelangi kabut menyingkap asa hadirkan harap di ujung senja mengikis luka lama air danau tergores luka membias untaian derita luka danau mengambang dingin menusuk tulang

Tulus

Aku rindu padamu Aku ingin tahu kabarmu Namun luka yang tertoreh menahanku Untuk tetap membisu Maaf Jika luka yang kuberi Bukan kebahagian yang telah terjanji Sebuah ucapan terkirim untukmu Sebuah kata tulus dari hatiku Tak pernah berharap apapun Namun kau ucapkan terima kasih banyak Aku bahagia Aku berharap kau menemukan bahagia Setelah luka yang ku beri Setelah aku menghilangkan senyum dari wajahmu

Kebebasan

hati kenapa kau buat kakiku berat melangkah izinkan aku pergi melewati batas dimana kenyamananku berada biarkan aku berusaha untuk mampu berdiri di atas kakiku berhentilah memberatkan langkahku bukankah kamu menginginkan kebebasan juga memiliki sayap hingga bisa terbang tinggi hati biarpun ada halangan besar di hadapan tetaplah biarkan kakiku ringan melangkah ini demi sepasang sayap untukku izinkan aku hati dan ikutlah pergi bersamaku

Tentang rasa

langit mengertikah kamu tentang rasa yang dihembus angin tentang hangat yang di sebarkan mentari mengertikah kamu arti rindu tanah pada hujan menikmati kesendirian di kala senja meniupkan keheningan mengertikan rasa yang tak juga berwujud warna hanya kediaman yang merengkuh kebisuan malam angin bawa rasaku pergi bersama bayangmu sembunyikan aku dari mata langit yang tak jua mampu kulepaskan

Mulut yang terkunci

Ingin ku katakan namun mulutku membisu Hanya kamu yang ada di hatiku Apakah kamu benar-benar untukku Aku mencintaimu seperti orang gila Tapi aku tahu aku takut kamu menjauh dan kita terpisah aku hanya tahu kamu yang ada di hatiku aku hanya ingin mengataknnya namun mulutku tak bisa bergerak

Cinta menghancurkan cinta

Derai air mata perlahan menghias pipi Melepas genggaman yang suci Inikah takdir pernikahan kita Tak mungkinkah untuk bersatu Ikatan yang suci Teringkari Ternodai Oleh cinta yang lain Teganya cinta Menghancurkan cinta yang lain

Wajah di balik awan

Wajah yang berada di balik awan Lembut bagai lembayung Tenang setenang air danau Adakah kau berniat hadir di hadapan Wajah yang berada di balik awan Hadirkan rindu tak bertuan Yang mengharapkan pertemuan Adakah kamu mendengarkan